Langkat – Delidaily.net
Warga Bekacan, Desa Telagah, Kecamatan Sei Bingei-Langkat menemukan seekor satwa dilindungi yaitu Tenggiling atau Tenggiling (Pholidaota) Selasa,12 Juli 2022 menjelang malam hari saat pulang dari ladang.
Informasi dihimpun menyebutkan satwa tersebut diserahkan kepada Edison Kembaren warga Bekancan. Satwa dilindungi tersebut sempat disimpan satu malam dikediaman Edison.
Edison menyadari satwa dimaksud sudah langka dan dilindungi, lalu Edison menghubungi dan melaporkan hal itu kepada kepala Resort Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) Bekancan Jon Purba.
Selanjutnya, pada Rabu 13 Juli 2022 Jon Purba bersama mitra kerja TNGL Sumatera Ecoproject -Dedicated to save animals langsung turun ke lokasi.
Setelah satwa tersebut diserahkan Edison, TNGL dan Sumeco menjemput satwa Tenggiling dan dibawa ke seksi wilayah V Stasiun Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) di Bukit Lawang.
Akhirnya Jumat (15/7/2022) satwa langka itu dilepas dikawasan TNGL Bukit Lawang dan hidup bebas dialam liar.
Hal ini disampaikan oleh Kepala Seksi Wilayah V SPTN, Palber Turnip kepada awak media ketika dikonfirmasi saat pelepasan satwa yang dilindungi tersebut.
Palber Turnip menerangkan,Tenggiling berjenis kelamin jantan dengan bobot mencapai 8 Kg dengan panjang 1 M kini hidup bebas ujarnya.
Disinggung tentang penyerahan satwa yang dilakukan Edison, Palber urnip mengaku sangat mengapresiasi hal itu sembari acungkan jempol.
“Selayaknya warga masyarakat melakukan hal serupa bertujuan meminilisir kepunahan satwa langka yang dilindungi, terang Palber Turnip menjawab pertanyaan wartawan.
Sambungnya, personil TNGL cukup terbatas sehingga butuh kesadaran masyarakat tentang perlindungan satwa.
” Biarkanlah satwa hidup bebas dihabitatnya sehingga terhindar dari kepunahan.
“Kita wariskan satwa ciptaan Tuhan kepada anak cucu ujar Turnip.
Sementara itu ketua Sumeco, Bobi Handoko dikonfirmasi mengatakan Tenggiling hidup dihutan species unik bersisik tebal dan keras.
Makanan utamanya semut dan rayab dan madu, hewan pengurai perkembangbiakan rayab.
” Bayangkan jika tidak ada Tenggiling maka populasi rayab begitu cepat sehingga menjadi hama bagi tanaman dan tumbuhan, urai Bobi.
“Terasa lega, setelah dilepas ke TNGL, meski terlihat jinak dan pemalu namun selama 2 hari di karantina sementara 2 kotak kayu dirusak dengan kuku yang cukup tajam”, beber Bobi.
“Benar bang, Tenggiling terbesar yang pernah diterima dari masyarakat dan dilepas kembali ke alam liar,”tutupnya.