Medan|delidaily.net – Di balik tembok tinggi dan jeruji besi Rutan Kelas I Medan, ternyata tersimpan potensi kreatif yang tak terduga. Para warga binaan dengan tekun memproduksi ribuan paving block berkualitas, membuktikan bahwa masa hukuman bisa menjadi momentum untuk berubah dan berkontribusi bagi masyarakat.
Baru-baru ini, sebanyak 200.000 paving block buatan tangan warga binaan dipesan oleh Kompleks Grand Kota Baru, Sunggal. Prestasi ini bukan sekadar angka penjualan, melainkan bukti nyata kesuksesan program rehabilitasi berbasis keterampilan yang dijalankan Rutan Medan.
Pelatihan yang Mengubah Hidup
Kepala Rutan Kelas I Medan, Andi Surya, menjelaskan bahwa program ini dirancang untuk memberikan keterampilan nyata kepada warga binaan. “Mereka tidak hanya diajari mencetak paving block, tetapi juga seluruh prosesnya—mulai dari pemilihan bahan baku, pencampuran, hingga pengeringan,” ujarnya.
Program ini berada di bawah bimbingan Seksi Bimbingan Kegiatan Kerja dan dilakukan dengan pendekatan disiplin tinggi. Tujuannya jelas: mempersiapkan warga binaan untuk hidup mandiri setelah bebas nanti.
Kontribusi Nyata untuk Negara
Selain sebagai sarana rehabilitasi, produksi paving block ini juga berkontribusi pada Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). Andi Surya menekankan bahwa pendekatan ini sejalan dengan visi Direktorat Jenderal Pemasyarakatan, yakni menciptakan warga binaan yang produktif dan siap kembali ke masyarakat.
“Alhamdulillah, paving block kita laris dipesan. Ini bukan sekadar tentang uang, tetapi tentang bagaimana warga binaan bisa menjadi pelaku perubahan, bukan lagi objek hukuman,” tambahnya.
Harapan di Balik Paving Block
Setiap paving block yang dihasilkan menyimpan cerita harapan. Bagi para warga binaan, ini adalah bekal untuk memulai hidup baru yang lebih bermartabat. “Dengan keterampilan ini, kami berharap mereka tidak kembali ke jalan salah, melainkan membuka usaha mandiri,” kata Andi Surya.
Produksi dilakukan di dalam area kerja rutan dengan pengawasan ketat, tetapi tetap memberikan ruang bagi kreativitas dan pengembangan diri. Kualitas produk dijaga agar bisa bersaing di pasar terbuka, membuktikan bahwa hasil kerja warga binaan tidak kalah dengan produk konvensional.
Titik Balik Menuju Perubahan
Kisah sukses ini menjadi bukti bahwa jeruji besi tidak selalu membatasi kontribusi seseorang. Justru, di balik tembok rutan, banyak warga binaan yang menemukan titik balik hidup mereka—dari keterpurukan menjadi produktivitas, dari ketidakpastian menjadi harapan baru.
“Kami ingin masyarakat melihat bahwa warga binaan juga bisa berubah dan memberi manfaat. Ini baru awal, masih banyak potensi lain yang bisa dikembangkan,” pungkas Andi Surya.