Jakarta|delidaily.net – Ketua Umum Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) periode 2025-2030, Sudaryono, yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri Pertanian, mengumumkan rencana strategis untuk membentuk lembaga riset dan pengembangan (litbang) di bawah organisasi tersebut. Inisiatif ini diharapkan dapat menjadi motor penggerak kemajuan dan inovasi sektor pertanian nasional dalam menghadapi tantangan masa depan.
Rencana tersebut disampaikan Sudaryono dalam rapat pleno perdana HKTI yang digelar di Kantor Kementerian Pertanian, Ragunan, Jakarta Selatan, pada Jumat (3/10/2025). Ia menekankan bahwa inovasi melalui litbang merupakan kebutuhan mendesak untuk menjawab persoalan riil di lapangan, termasuk penciptaan varietas benih unggul yang adaptif terhadap kondisi ekstrem.
Fokus pada Penciptaan Benih Unggul Adaptif
“Harus ada litbang. Kenapa? Karena kita berurusan sama pertanian. Pertanian itu ada penelitiannya, benih baik, bibit unggul. Bagaimana menciptakan benih padi di air payau, di air yang berasam dan seterusnya. Nanti ada royaltinya,” tutur Sudaryono.
Pernyataan ini mengindikasikan fokus litbang HKTI pada pengembangan teknologi pertanian yang presisi, khususnya dalam menciptakan komoditas yang tahan terhadap tantangan alam seperti salinitas (kadar garam) dan keasaman tanah, yang kerap menjadi kendala bagi petani di berbagai daerah.
Komitmen Pemerintah Beli Hasil Inovasi yang Tersertifikasi
Yang menjadi pengungkit utama dalam rencana ini adalah komitmen pemerintah sebagai offtaker atau pembeli. Sudaryono menyatakan bahwa Kementerian Pertanian siap membeli seluruh produksi benih unggul yang telah lolos uji dan tersertifikasi.
“Bahkan Kementerian Pertanian, saya sebagai Wakil Menteri, siapapun yang punya dan menghasilkan benih unggul dan teruji benih unggulnya, tersertifikasi, berapapun yang dihasilkan kita beli semua oleh Kementerian Pertanian. Yang penting berani bikin dan disertifikasi,” tegasnya.
Kebijakan ini dinilai strategis untuk menciptakan ekosistem inovasi yang berkelanjutan. Dengan jaminan pasar dari pemerintah, para peneliti, praktisi, dan petani inovator didorong untuk berkontribusi tanpa khawatir akan penyerapan hasil temuannya.
Dukung Petani Masuk ke Rantai Inovasi
Lebih dari sekadar menciptakan teknologi, Sudaryono menilai langkah ini penting untuk mendorong iklim inovasi dan mengubah posisi petani. Dengan adanya dukungan litbang dan jaminan pembelian, petani tidak hanya menjadi pengguna akhir, tetapi juga dapat terlibat aktif sebagai bagian dari rantai inovasi yang memberikan nilai tambah ekonomi.
Rencana pendirian litbang HKTI ini menandai arah baru dalam pembangunan pertanian Indonesia yang lebih mengedepankan penelitian, ilmu pengetahuan, dan teknologi sebagai tulang punggung kemandirian dan daya saing sektor agraris.